BAB
III
BIOGRAFI
AZYUMARDI AZRA
A.
Riwayat
Hidup
1. Keluarga
Azyumardi
Azra lahir pada 4 Maret 1955 di Lubuk Alung, Sumatera Barat, dan dibesarkan
dalam lingkungan keluarga yang agamis. Ia besar di lingkungan Islam modernis.
Tapi, ia justru merasa asyik dalam tradisi Islam tradisional. "Pengalaman
keislaman saya yang lebih intens justru setelah saya mempelajari tradisi ulama
dan kecenderungan intelektual mereka,"ujarnya.
Ayahnya bernama
bagindo Azikar, Ia berprofesi sebagai tukang kayu dan pedagang (modal
kecil), yaitu pedagang kopra dan cengkih. Sebagaimana layaknya seorang pedagang
banyak bergaul dengan masyarakat luas dan tentunya mempengaruhi pemikiran dan
cita-cita serta tujuan hidupnya sehingga walaupun secara tidak secara langsung
berkaitan dengan dunia pendidikan, tapi dengan pengalaman dan wawasan yang
luasnya itulah ia memiliki semangat agar anak-anaknya juga semangat dalam
menuntut ilmu. Hal inilah yang menimbulkan kemauan yang kuat untuk menyekolahkan
anak-anaknya.
Ibunya,
Ramlah berprofesi sebagai guru agama. Ibu lulusan madrasah Al-Manar, sekolah
yang juga didirikan kalangan modernis Sumatera Barat, yang terang-terangan
dipengaruhi oleh gerakan pembaruan Rasyid Ridha dari Mesir, yang lagi-lagi terkenal
sangat bersahaja dalam beragama.[1]
Dengan kasih sayangnya disamping ia memberikan pendidikan dan pengajaran di
sekolah di kampungnya, ia juga tak lupa memberikan pendidikan agama di
rumah bagi anak-anaknya.
Anak ketiga
dari enam bersaudara ini dibesarkan oleh ibu dan ayahnya. Ibunya mengajar
sebagai guru agama. Sehingga Azyumardi sejak kecil
mendapatkan kesempatan belajar baik dari ibu maupun dari ayahnya yang berprofesi
sebagai tukang kayu dan pedagang (modal kecil), yaitu pedagang kopra dan cengkih.
Meskipun secara finansial, kondisi keuangan
keluarga Azyumardi termasuk pas-pasan, sehingga kurang memungkinkan untuk
membiayai pendidikan, apalagi sampai perguruan tinggi.[2]
Kedua orang tuanya sadar betul bahwa mereka tidak dapat mewariskan dan membekali
apa-apa kepada anak-anaknya, termasuk Azyumardi, selain dorongan untuk menuntut
ilmu pengetahuan. Namun berkat kerja keras dan jerih payah ayahnya dan ditambah
dengan gaji ibunya serta kemauan yang kuat untuk
menyekolahkan anak-anaknya. "Meski kehidupan kami dalam
kondisi sulit, tapi ayah mau anak-anaknya harus sekolah," kata Azyumardi.[3]
Sehingga kini, semua anak-anaknya bisa menjadi sarjana.
Setelah
setahun Azyumardi menyelesaikan studi S1, ia menemukan jodoh dan menikah dengan
Ipah Fariha.[4] Dari
pernikahannya tersebut ia dikaruniai keturunan tiga putra dan satu putri; Raushanfikri Usada, Firman El-Amny Azra, Muhammad
Subhan Azra, dan Emily Sakina Azra.
2.
Pendidikan
Pendidikan
awal Azyumardi dimulai dari Sekolah Dasar yang terdapat di dekat rumahnya.
Setelah itu dilanjutkan ke Sekolah Pendidikan Guru Agama (PGAN) Padang. Di
sekolah menengah ini, bakat Azyumardi sebagai orang yang cerdas sudah
kelihatan, yakni di bidang ilmu hitung atau matematika.[5]
Di
luar sekolah, dalam bidang keagamaan, Azyumardi banyak bersentuhan dengan
nilai-nilai Islam modernis, kendati ia juga merasa dekat dengan tradisi Islam
Tradisional.
Setelah
menyelesaikan sekolah di PGAN tahun
1975, ayahnya menghendaki Azyumardi agar kuliah di Institut Agama Islam Negeri
(IAIN) Padang. Namun, Azyumardi tidak berminat. Ia menginginkan kuliah di
Institut Ilmu Keguruan dan Ilmu Pendidikan
(IKIP) atau belajar di Universitas Andalas, Padang. Namun orang tuanya
tetap menginginkan Azyumardi agar kuliah di Perguruan Tinggi Agama Islam itu.
Akhirnya Azyumardi menentukan sikapnya, yaitu kuliah di IAIN yang ada di
Jakarta.[6]
Melihat
kemauan keras anaknya, akhirnya Azyumardi diizinkan orangtua untuk berangkat
dan hijrah ke Jakarta. Akhrnya,Azyumardi
menentukan sikapnya, yaitu kuliah di IAIN yang ada dijakarta. Hal ini
didasarkan pada pertimbangan, bahwa di tempat cosmopolitan ini adalah tempat
kosmopolit, dan sangat kondusif untuk menghirup tradisi intelektual. Setidaknya
banyak putra minang yang telah berhasil.
Ia
melanjutkan kuliah di Fakultas Tarbiyah, IAIN Syarif Hidayatullah, Ciputat,
Jakarta (1976). Dan dapat diselesaikannya pada tahun
1982. Dengan kuliah di IAIN pemahaman dan wawasan tentang agama dan
keagamaannya semakin luas dan mendunia. Setelah
menyelesaikan kuliah S1 (1982), Azyumardi memperoleh beasiswa dari Fulbright Foundation untuk melanjutkan
program S2 di Columbia University,
New York, Amerika Serikat. Gelar MA diperolehnya pada 1988 dari Departemen
Bahasa-bahasa dan Kebudayan Timur Tengah, di universitas tersebut, tesis yang
ditulisnya saat itu berjudul: “The Rise and
Decline of the Minangkabau Surau; A Traditional Islamic Educational in West Sumatera
during the Dutch Colonial Government.”
Usai S2,
seharusnya ia pulang ke Tanah Air karena tidak ada biaya untuk program
selanjutnya. Karena memperoleh Columbia
University President Fellowship, ia melanjutkan pada departemen sejarah.
Dari jurusan ini ia memperoleh gelar M.Phil. kedua pada 1990.
Sedangkan gelar doktor diraihnya
dari Departemen Sejarah Columbia
University, pada 1992. Ia menulis disertasi dengan judul, The Transmission of Islamic Reformism to
Indonesia: Netwoks of Middle Eastern and Malay Indonesia `Ulama' in the
Seventeenth and Eighteent Centuries, yang kemudian diterjemahkan ke bahasa
Indonesia dan diterbitkan dengan judul “Jaringan
Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad XVII dan XVIII.” (Bandung:
Mizan, cetakan ke-4, 1998).
Disertasi doktor yang relatif berat itu merupakah hasil penelitian di beberapa tempat-kota dan perpustakaan-, antara lain mulai dari Banda Aceh, Sumatra Barat, Jakarta, Ujung Pandang, Yogyakarta, Mesir, Belanda, dan Saudi Arabia. Penelitian itu, atas biaya Ford Foundation, menghabiskan waktu setahun.[7]
Disertasi doktor yang relatif berat itu merupakah hasil penelitian di beberapa tempat-kota dan perpustakaan-, antara lain mulai dari Banda Aceh, Sumatra Barat, Jakarta, Ujung Pandang, Yogyakarta, Mesir, Belanda, dan Saudi Arabia. Penelitian itu, atas biaya Ford Foundation, menghabiskan waktu setahun.[7]
Usai menggondol dua gelar MA, satu
M.Phil, dan satu gelar Ph.D pun, Azyumardi masih antusias untuk berangkat lagi
mengikuti program post doctoral di
Universitas Oxford selama satu tahun (1995-1996).[8]
3.
Karir
Semasa
kuliah S1 di jenjang perguruan tinggi Islam itu ia aktif dalam berbagai
organisasi baik intra maupun ekstra universitas. Ia pernah sebagai ketua senat
mahasiswa fakultas tarbiyah IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan juga sebagai
ketua umum Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) cabang Ciputat, yakni pada tahun 1981
sampai dengan tahun 1982.
Disamping
itu, di tengah kesibukan belajar, ia menyempatkan diri bekerja sebagai wartawan
majalah Panji Masyarakat, dari 1979
sampai 1985. Dan pernah mencoba menempuh karir di LRKN LIPI (1982-1983).
Setelah
menyelesaikan studinya, ia mulai melanjutkan aktivitasnya sebagai Editor in Chief di jurnal Studia Islamika, menyebabkan namanya
segera dikenal di dunia keilmuan internasional, khususnya oleh pemerhati Islam
di Asia Tenggara.
Nama
Azyumardi segera dikenal di dunia pendidikan dan menjadi favorit pada beberapa
perguruan tinggi di luar negeri untuk menjadikannya sebagai dosen tamu (visiting professor), pada tahun 2007; ia
menjadi dosen tamu di University of
Philippines, Diliman, dan Universiti Malaya. Ia juga pernah menjadi visiting fellow pada Southeast Asian Studies, Oxford Center for
Islamic Studies, Oxford University. Selain itu juga ia mengajar di St.
Anthony College.
Dan sejak tahun 1997 hingga sekarang,
Azyumardi juga menjadi anggota pada selection
Committee of SEASREP (Southeast Asian
Regional Exchange Program), yang diorganisasi oleh Toyota Foundation dan The
Japan Foundation. Selain itu ia sebagai penguji luar (External Examine) bagi tesis dan disertasi pada Universiti Malaya, Leiden University, The
Australian University, dan University Melbourne.[9]
Deputi sekretaris wakil presiden
Republik Indonesia bidang kesejahteraan Rakyat (tahun 2007- 2009), anggota
komite sejarah nasional Indonesia (1998- sekarang), Member of Advisory Board, United Nations Democracy Fund (UNDEF), New
York (2006-sekarang).[10]
Selama
di IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta, selain menjadi Editor in Chief jurnal Studia
Islamika, Azyumardi diserahi tanggung jawab
sebagai wakil direktur pusat pengkajian Islam dan masyarakat (PPIM) IAIN
Syarif Hidayatullah Jakarta hingga tahun 1997. Guru besar sejarah UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta
Kariernya semakin meningkat seiring
dengan banyaknya karya tulis yang disampaikan pada berbagai kesempatan forum
seminar, dan sejak tahun 1998 hingga akhir
2006 Azyumardi Azra menjabat sebagai Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
dalam dua periode, serta Sejak Desember 2006 menjabat Direktur Sekolah Pascasarjana
UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, sampai sekarang (tesis ini ditulis).
B.
Karya-Karyanya
Ia termasuk penulis yang produktif dan
dengan kepiawaiannya ini telah menulis dan menghasilkan berbagai karya tulis,
baik dalam bentuk tulisan artikel jurnal dan esai yang dimuat dan
dipublikasikan lewat berbagai mass media, tentang pendidikan maupun yang lainnya. Adapun yang dalam bentuk buku, antara lain berjudul :
1. Islam dan Masalah-Masalah
Kemasyarakatan (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1983)
2. Perspektif Islam di Asia
Tenggara (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1984)
3. Mengenal Ajaran Kaum Sufi (Jakarta: Pustaka jaya, 1984)
5.
Jaringan Ulama Timur dan
Kepulauan Nusantara Abad XVII dan XVIII (Bandung:
Mizan, 1994),
6.
Pergolakan Politik Islam dari Fundamentalisme, Modernisme Hingga Post
Modernisme (Jakarta: Paramadina, 1996), [12]
8.
Konteks Berteologi di Indonesia (1999),
9.
Pendidikan Islam : Tradisi dan Modernisasi Menuju Milenium Baru (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999),
10. Esei-Esei Intelektual Muslim dan Pendidikan Islanam, (Jakarta:
Logos Wacana, 1999)
11. Renaisans Islam di Asia
Tenggara (buku yang memenangkan
penghargaan nasional sebagai buku terbaik untuk kategori ilmu-ilmu sosial dan
humaniora di tahun 1999,
12. Menuju Masyarakat Madani;
Gagasan, Fakta dan Tantangan (1999)
13. Islam Substantif: Agar Umat
Tidak Jadi Buih (Bandung: Mizan, 2000),
14. Historiografi Islam
Kontemporer; Wacana, Aktualitas, dan Aktor Sejarah (PT. Gramedia Pustaka Utama, 2002),
15. Paradigma Baru Pendidikan
Nasional: Rekonstruksi dan Demokratisasi (2002),
16. Reposisi Hubungan Agama dan
Negara: Merajut Kerukunan Antarumat(
Penerbit Buku Kompas, 2002),
17. Menggapai Solidaritas: Tensi
antara Demokrasi, Fundamentalisme, dan Humanisme (Pustaka Panjimas, 2002)[14]
18. Konflik Baru Antar-Peradaban:
Globalisasi, Radikalisme, dan Pluralitas
19. Islam Nusantara: Jaringan Global dan Lokal, (Bandung: Mizan ) dan
20. Surau; Pendidikan Islam
Tradisional dalam Transisi dan Modernisasi
(Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 2003)[15]
21. Shari’a and Politics (2004). Pada tahun 2002, Ia memperoleh award sebagai Penulis Paling Produktif dari Penerbit Mizan.[16]
22. dari Harvard hingga Makkah (2005)
23. Disertasi doktor berjudul “The
Transmission of Islamic Reformism to Indonesia: Network of Middle Eastern and
Malay-Indonesian ‘Ulama in the Seventeenth and Eighteenth Centuries’”,
pada tahun 2004 sesudah direvisi diterbitkan secara simultan di Canberra (Allen Unwin dan AAAS), di Honolulu (Hawaii
University Press), dan di Leiden Negeri Belanda (KITLV Press).[17]
Karya-karya
di atas kemungkinan besar akan terus bertambah, karena Azyumardi memiliki kreativitas yang tinggi dalam menulis
dan kemahirannya dalam mencurahkan buah pikiran, baik yang disampaikan
dalam seminar-seminar maupun dalam
bentuk buku.
C.
Lembaga
Binaannya
Azyumardi
seorang aktivis yang banyak mengikuti kegiatan organisasi intra maupun ekstra
universitas, hingga tidak sedikit lembaga/ organisasi yang dimasuki dan
dibina. Lembaga adalah badan (organisasi) yang tujuannya
melakukan suatu penyelidikan keilmuan atau melakukan suatu usaha.[18]
Lembaga-lembaga yang telah dan sedang dibinanya, antara lain:
1.
Sekolah Pascasarjana UIN
Syarif Hidayatullah, Jakarta. Institusi ini
dibina dan dikembangkan sejak jabatan direktur sekolah pascasarjana diembannya yaitu
sejak Desember 2006. Sampai sekarang (Saat karya tulis ini dibuat).
2.
IAIN (Institut Agama Islam
Negeri) Syarif Hidayatullah, Jakarta, ketika ia
menjabat rektor selama dua periode sejak tahun 1998 hingga akhir tahun 2006. Azyumardi
Azra adalah Rektor IAIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, yang kemudian pada tahun
2002 resmi diubahnya menjadi UIN (Universitas Islam Negeri) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Dan
sebelumnya telah menjadi Dosen Fakultas Adab dan Fakultas Tarbiyah IAIN Syarif
Hidayatullah, Jakarta (1992-sekarang), Guru Besar Sejarah Fakultas Adab IAIN
Jakarta, dan Pembantu Rektor I IAIN Syarif Hidayatullah, Jakarta (1998)
3.
Pengurus Masyarakat
Sejarawan Indonesia (MSI) (1998-sekarang),
4.
PhD Program University
Malaya (UM) (1998-sekarang), sebagai External Examiner atau penguji luar
negeri untuk tesis dan disertasi.
5.
Jurnal Studia Islamika, sebagai pimpinan.
6.
Jurnal Ulumul Quran, sebagai Anggota Dewan Redaksi.
7.
Universitas Melbourne,
Australia Ia merupakan orang Asia Tenggara
pertama yang di angkat sebagai Professor
Fellow (2004-2009)
8.
International Islamic
University Islamabad Pakistan (2004-2009),
sebagai anggota Dewan Penyantun (Board of
Trustees).[19]
9.
Senat Mahasiswa Fakultas
Tarbiyah IAIN Jakarta (1979-1982), di organisasi
ini, ia pernah menjadi Ketua Umum.
10. Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Ciputat (1981-1982), sebagai Ketua Umum
Lembaga-lembaga yang tersebut di atas telah
dan ada yang sedang dibina sampai saat ini, artinya dari sekian banyak
aktivitasnya, ia sudah tidak aktif lagi dan ada yang masih aktif didalamnya.[21] Hal ini berkaitan dengan masa dan perjalanan karir Azyumardi yang
semakin terus meningkat.
[2] Abudun Nata, Tokoh-Tokoh Pembaruan Pendidikan Islam di
Indoesia: Pengantar Azyumardi Azra; (Jakarta,
PT. Raja Grafindo Persada, 2005) , h. 393
[4] Menikah tanggal 13 Maret 1983 dengan Gadis idamannya yang merupakan adik kelasnya di IAIN
Syarif Hidayatullah, Jakarta.
[5] Abudun Nata, Loc. cit
[6] Ibid.
[8] Abudin Nata, Op. cit., h. 395
[9] Ibid., h. 396
[11] Azyumardi Azra, Islam Substantif; Agar Umat Tidak Jadi Buih,
(Bandung: Mizan, 2000), cet. Ke-1, h. 30
[12] Azyumardi Azra, Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan
Nusantara Abad XVII dan XVIII, (Jakarta, Kencana, 2005)
[13] Abudin Nata, Op. cit., h. 397
[15] Azyumardi Azra, Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan
Nusantara Abad XVII dan XVIII, (Jakarta, Kencana, 2005)
[16] http://
www.ppim.or.id dikutip tanggal 13 Februari 2012
[20] Ibid.
[21] Namun ketika ditanya,
apa saja lembaga binaan Bapak !, maka dengan ke-tawadhu-annya, ia menjawab hanya di sini saja. (maksudnya di
Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta): wawancara penulis dengan
Azyumardi Azra di Sekolah Pascasarjana, tanggal 21 Februari 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar