Selasa, 29 Mei 2012

tesis halawi biografi azyumardi azra


BAB III
BIOGRAFI AZYUMARDI AZRA

A.           Riwayat Hidup
1.      Keluarga
Azyumardi Azra lahir pada 4 Maret 1955 di Lubuk Alung, Sumatera Barat, dan dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang agamis. Ia besar di lingkungan Islam modernis. Tapi, ia justru merasa asyik dalam tradisi Islam tradisional. "Pengalaman keislaman saya yang lebih intens justru setelah saya mempelajari tradisi ulama dan kecenderungan intelektual mereka,"ujarnya.
Ayahnya bernama bagindo Azikar, Ia berprofesi sebagai tukang kayu dan pedagang (modal kecil), yaitu pedagang kopra dan cengkih. Sebagaimana layaknya seorang pedagang banyak bergaul dengan masyarakat luas dan tentunya mempengaruhi pemikiran dan cita-cita serta tujuan hidupnya sehingga walaupun secara tidak secara langsung berkaitan dengan dunia pendidikan, tapi dengan pengalaman dan wawasan yang luasnya itulah ia memiliki semangat agar anak-anaknya juga semangat dalam menuntut ilmu. Hal inilah yang menimbulkan kemauan yang kuat untuk menyekolahkan anak-anaknya.
Ibunya, Ramlah berprofesi sebagai guru agama. Ibu lulusan madrasah Al-Manar, sekolah yang juga didirikan kalangan modernis Sumatera Barat, yang terang-terangan dipengaruhi oleh gerakan pembaruan Rasyid Ridha dari Mesir, yang lagi-lagi terkenal sangat bersahaja dalam beragama.[1] Dengan kasih sayangnya disamping ia memberikan pendidikan dan pengajaran di sekolah di kampungnya, ia juga tak lupa memberikan pendidikan agama di rumah  bagi anak-anaknya.
Anak ketiga dari enam bersaudara ini dibesarkan oleh ibu dan ayahnya. Ibunya mengajar sebagai guru agama. Sehingga Azyumardi sejak kecil mendapatkan kesempatan belajar baik dari ibu maupun dari ayahnya yang berprofesi sebagai tukang kayu dan pedagang (modal kecil), yaitu pedagang kopra dan cengkih.
 Meskipun secara finansial, kondisi keuangan keluarga Azyumardi termasuk pas-pasan, sehingga kurang memungkinkan untuk membiayai pendidikan, apalagi sampai perguruan tinggi.[2] Kedua orang tuanya sadar betul bahwa mereka tidak dapat mewariskan dan membekali apa-apa kepada anak-anaknya, termasuk Azyumardi, selain dorongan untuk menuntut ilmu pengetahuan. Namun berkat kerja keras dan jerih payah ayahnya dan ditambah dengan gaji ibunya serta kemauan yang kuat untuk menyekolahkan anak-anaknya. "Meski kehidupan kami dalam kondisi sulit, tapi ayah mau anak-anaknya harus sekolah," kata Azyumardi.[3] Sehingga kini, semua anak-anaknya bisa menjadi sarjana.
Setelah setahun Azyumardi menyelesaikan studi S1, ia menemukan jodoh dan menikah dengan Ipah Fariha.[4] Dari pernikahannya tersebut ia dikaruniai keturunan tiga putra dan satu putri; Raushanfikri Usada, Firman El-Amny Azra, Muhammad Subhan Azra, dan Emily Sakina Azra.

2.      Pendidikan
Pendidikan awal Azyumardi dimulai dari Sekolah Dasar yang terdapat di dekat rumahnya. Setelah itu dilanjutkan ke Sekolah Pendidikan Guru Agama (PGAN) Padang. Di sekolah menengah ini, bakat Azyumardi sebagai orang yang cerdas sudah kelihatan, yakni di bidang ilmu hitung atau matematika.[5]
Di luar sekolah, dalam bidang keagamaan, Azyumardi banyak bersentuhan dengan nilai-nilai Islam modernis, kendati ia juga merasa dekat dengan tradisi Islam Tradisional.
Setelah menyelesaikan sekolah di PGAN  tahun 1975, ayahnya menghendaki Azyumardi agar kuliah di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Padang. Namun, Azyumardi tidak berminat. Ia menginginkan kuliah di Institut Ilmu Keguruan dan Ilmu Pendidikan  (IKIP) atau belajar di Universitas Andalas, Padang. Namun orang tuanya tetap menginginkan Azyumardi agar kuliah di Perguruan Tinggi Agama Islam itu. Akhirnya Azyumardi menentukan sikapnya, yaitu kuliah di IAIN yang ada di Jakarta.[6]
Melihat kemauan keras anaknya, akhirnya Azyumardi diizinkan orangtua untuk berangkat dan hijrah ke Jakarta. Akhrnya,Azyumardi menentukan sikapnya, yaitu kuliah di IAIN yang ada dijakarta. Hal ini didasarkan pada pertimbangan, bahwa di tempat cosmopolitan ini adalah tempat kosmopolit, dan sangat kondusif untuk menghirup tradisi intelektual. Setidaknya banyak putra minang yang telah berhasil.
Ia melanjutkan kuliah di Fakultas Tarbiyah, IAIN Syarif Hidayatullah, Ciputat, Jakarta (1976). Dan dapat diselesaikannya pada tahun 1982. Dengan kuliah di IAIN pemahaman dan wawasan tentang agama dan keagamaannya  semakin luas dan mendunia. Setelah menyelesaikan kuliah S1 (1982), Azyumardi memperoleh beasiswa dari Fulbright Foundation untuk melanjutkan program S2 di Columbia University, New York, Amerika Serikat. Gelar MA diperolehnya pada 1988 dari Departemen Bahasa-bahasa dan Kebudayan Timur Tengah, di universitas tersebut, tesis yang ditulisnya saat itu berjudul: “The Rise and Decline of the Minangkabau Surau; A Traditional Islamic Educational in West Sumatera during the Dutch Colonial Government.”
Usai S2, seharusnya ia pulang ke Tanah Air karena tidak ada biaya untuk program selanjutnya. Karena memperoleh Columbia University President Fellowship, ia melanjutkan pada departemen sejarah. Dari jurusan ini ia memperoleh gelar M.Phil. kedua pada 1990.
Sedangkan gelar doktor diraihnya dari Departemen Sejarah Columbia University, pada 1992. Ia menulis disertasi dengan judul, The Transmission of Islamic Reformism to Indonesia: Netwoks of Middle Eastern and Malay Indonesia `Ulama' in the Seventeenth and Eighteent Centuries, yang kemudian diterjemahkan ke bahasa Indonesia dan diterbitkan dengan judul “Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad XVII dan XVIII.” (Bandung: Mizan, cetakan ke-4, 1998).
Disertasi doktor yang relatif berat itu merupakah hasil penelitian di beberapa tempat-kota dan perpustakaan-, antara lain mulai dari Banda Aceh, Sumatra Barat, Jakarta, Ujung Pandang, Yogyakarta, Mesir, Belanda, dan Saudi Arabia. Penelitian itu, atas biaya Ford Foundation, menghabiskan waktu setahun.[7]
Usai menggondol dua gelar MA, satu M.Phil, dan satu gelar Ph.D pun, Azyumardi masih antusias untuk berangkat lagi mengikuti program post doctoral di Universitas Oxford selama satu tahun (1995-1996).[8]





3.      Karir
Semasa kuliah S1 di jenjang perguruan tinggi Islam itu ia aktif dalam berbagai organisasi baik intra maupun ekstra universitas. Ia pernah sebagai ketua senat mahasiswa fakultas tarbiyah IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan juga sebagai ketua umum Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) cabang Ciputat, yakni pada tahun 1981 sampai dengan tahun 1982.
Disamping itu, di tengah kesibukan belajar, ia menyempatkan diri bekerja sebagai wartawan majalah Panji Masyarakat, dari 1979 sampai 1985. Dan pernah mencoba menempuh karir di LRKN LIPI (1982-1983).
Setelah menyelesaikan studinya, ia mulai melanjutkan aktivitasnya sebagai Editor in Chief di jurnal Studia Islamika, menyebabkan namanya segera dikenal di dunia keilmuan internasional, khususnya oleh pemerhati Islam di Asia Tenggara.
Nama Azyumardi segera dikenal di dunia pendidikan dan menjadi favorit pada beberapa perguruan tinggi di luar negeri untuk menjadikannya sebagai dosen tamu (visiting professor), pada tahun 2007; ia menjadi dosen tamu di University of Philippines, Diliman, dan Universiti Malaya. Ia juga pernah menjadi visiting fellow pada Southeast Asian Studies, Oxford Center for Islamic Studies, Oxford University. Selain itu juga ia mengajar di St. Anthony College.
Dan sejak tahun 1997 hingga sekarang, Azyumardi juga menjadi anggota pada selection Committee of SEASREP (Southeast Asian Regional Exchange Program), yang diorganisasi oleh Toyota Foundation dan The Japan Foundation. Selain itu ia sebagai penguji luar (External Examine) bagi tesis dan disertasi pada Universiti Malaya, Leiden University, The Australian University, dan University Melbourne.[9] Deputi  sekretaris wakil presiden Republik Indonesia bidang kesejahteraan Rakyat (tahun 2007- 2009), anggota komite sejarah nasional Indonesia (1998- sekarang), Member of Advisory Board, United Nations Democracy Fund (UNDEF), New York (2006-sekarang).[10]
            Selama di IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta, selain menjadi Editor in Chief jurnal Studia Islamika, Azyumardi diserahi tanggung jawab  sebagai wakil direktur pusat pengkajian Islam dan masyarakat (PPIM) IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta hingga tahun 1997. Guru besar sejarah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Kariernya semakin meningkat seiring dengan banyaknya karya tulis yang disampaikan pada berbagai kesempatan forum seminar, dan   sejak tahun 1998 hingga akhir 2006 Azyumardi Azra menjabat sebagai  Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dalam dua periode, serta Sejak Desember 2006 menjabat Direktur Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, sampai sekarang (tesis ini ditulis).  





B.                 Karya-Karyanya
Ia termasuk penulis yang produktif dan dengan kepiawaiannya ini telah menulis dan menghasilkan berbagai karya tulis, baik dalam bentuk tulisan artikel jurnal dan esai yang dimuat dan dipublikasikan lewat berbagai mass media, tentang  pendidikan maupun yang lainnya. Adapun  yang dalam bentuk buku, antara lain berjudul :
1.      Islam dan Masalah-Masalah Kemasyarakatan (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1983)
2.      Perspektif Islam di Asia Tenggara (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1984)
3.      Mengenal Ajaran Kaum Sufi (Jakarta: Pustaka jaya, 1984)
4.      Perkembangan Modern dalam Islam (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1985)[11]
5.      Jaringan Ulama  Timur  dan Kepulauan Nusantara Abad XVII dan XVIII (Bandung: Mizan, 1994),
6.      Pergolakan Politik Islam dari Fundamentalisme, Modernisme Hingga Post Modernisme (Jakarta: Paramadina, 1996), [12]
7.      Islam Reformis Dinamika Intelektual dan Gerakan  (Jakarta: Raja grafindo Persada, 1999) [13]
8.      Konteks Berteologi di Indonesia (1999),
9.      Pendidikan Islam : Tradisi dan Modernisasi Menuju Milenium Baru (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999),
10.  Esei-Esei Intelektual Muslim dan Pendidikan Islanam, (Jakarta: Logos Wacana, 1999)
11.  Renaisans Islam di Asia Tenggara (buku yang memenangkan penghargaan nasional sebagai buku terbaik untuk kategori ilmu-ilmu sosial dan humaniora di tahun 1999,
12.  Menuju Masyarakat Madani; Gagasan, Fakta dan Tantangan (1999)
13.  Islam Substantif: Agar Umat Tidak Jadi Buih (Bandung: Mizan, 2000),
14.  Historiografi Islam Kontemporer; Wacana, Aktualitas, dan Aktor Sejarah (PT. Gramedia  Pustaka Utama, 2002),
15.  Paradigma Baru Pendidikan Nasional: Rekonstruksi dan Demokratisasi  (2002),
16.  Reposisi Hubungan Agama dan Negara: Merajut Kerukunan Antarumat( Penerbit Buku Kompas, 2002),
17.  Menggapai Solidaritas: Tensi antara Demokrasi, Fundamentalisme, dan Humanisme (Pustaka Panjimas, 2002)[14]
18.  Konflik Baru Antar-Peradaban: Globalisasi, Radikalisme, dan Pluralitas
19.   Islam Nusantara:  Jaringan Global dan Lokal, (Bandung: Mizan ) dan
20.  Surau; Pendidikan Islam Tradisional dalam Transisi dan Modernisasi (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 2003)[15]
21.  Shari’a and Politics (2004). Pada tahun 2002, Ia memperoleh award sebagai Penulis Paling Produktif dari Penerbit Mizan.[16]
22.  dari Harvard hingga Makkah (2005)
23.  Disertasi doktor berjudul “The Transmission of Islamic Reformism to Indonesia: Network of Middle Eastern and Malay-Indonesian ‘Ulama in the Seventeenth and Eighteenth Centuries’”, pada tahun 2004 sesudah direvisi diterbitkan secara simultan di Canberra (Allen Unwin dan AAAS), di Honolulu (Hawaii University Press), dan di Leiden Negeri Belanda (KITLV Press).[17]
Karya-karya di atas kemungkinan besar akan terus bertambah, karena Azyumardi  memiliki kreativitas yang tinggi dalam menulis dan kemahirannya dalam mencurahkan buah pikiran, baik yang disampaikan dalam  seminar-seminar maupun dalam bentuk buku.



C.                Lembaga Binaannya
Azyumardi seorang aktivis yang banyak mengikuti kegiatan organisasi intra maupun ekstra universitas, hingga tidak sedikit lembaga/ organisasi yang dimasuki dan dibina.  Lembaga adalah badan (organisasi) yang tujuannya melakukan suatu penyelidikan keilmuan atau melakukan suatu usaha.[18] Lembaga-lembaga yang telah dan sedang dibinanya, antara lain:
1.      Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta. Institusi ini dibina dan dikembangkan sejak jabatan direktur sekolah pascasarjana diembannya yaitu sejak Desember 2006. Sampai sekarang (Saat karya tulis ini dibuat).
2.      IAIN (Institut Agama Islam Negeri) Syarif Hidayatullah, Jakarta, ketika ia menjabat rektor selama dua periode sejak tahun 1998 hingga akhir tahun 2006. Azyumardi Azra adalah Rektor IAIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, yang kemudian pada tahun 2002 resmi diubahnya menjadi UIN (Universitas Islam Negeri) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Dan sebelumnya telah menjadi Dosen Fakultas Adab dan Fakultas Tarbiyah IAIN Syarif Hidayatullah, Jakarta (1992-sekarang), Guru Besar Sejarah Fakultas Adab IAIN Jakarta, dan Pembantu Rektor I IAIN Syarif Hidayatullah, Jakarta (1998)
3.      Pengurus Masyarakat Sejarawan Indonesia (MSI) (1998-sekarang),
4.      PhD Program University Malaya (UM) (1998-sekarang), sebagai External Examiner atau penguji luar negeri untuk tesis dan disertasi.
5.      Jurnal Studia Islamika, sebagai pimpinan.
6.      Jurnal Ulumul Quran, sebagai Anggota Dewan Redaksi.
7.      Universitas Melbourne, Australia Ia merupakan orang Asia Tenggara pertama yang di angkat sebagai Professor Fellow (2004-2009)
8.      International Islamic University Islamabad Pakistan (2004-2009), sebagai anggota Dewan Penyantun (Board of Trustees).[19]
9.      Senat Mahasiswa Fakultas Tarbiyah IAIN Jakarta (1979-1982), di organisasi ini, ia pernah menjadi Ketua Umum.
10.  Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Ciputat (1981-1982), sebagai Ketua Umum
11.  Panji Masyarakat (1979-1985), sebagai Wartawan.[20]
Lembaga-lembaga yang tersebut di atas telah dan ada yang sedang dibina sampai saat ini, artinya dari sekian banyak aktivitasnya, ia sudah tidak aktif lagi dan ada yang masih aktif didalamnya.[21] Hal ini berkaitan dengan masa dan perjalanan karir Azyumardi yang semakin terus meningkat.


[1] http://www.facebook.com dikutip tanggal 4 maret 2012
[2] Abudun Nata, Tokoh-Tokoh Pembaruan Pendidikan Islam di Indoesia: Pengantar Azyumardi Azra; (Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, 2005) , h. 393
[3] http://www.facebook.com dikutip tanggal 4 maret 2012
[4] Menikah tanggal  13 Maret 1983 dengan Gadis idamannya yang merupakan adik kelasnya di IAIN Syarif Hidayatullah, Jakarta.
[5] Abudun Nata, Loc. cit
[6] Ibid.
[7] http://www.facebook.com dikutip tanggal 4 maret 2012
[8] Abudin Nata, Op. cit., h. 395
[9] Ibid., h. 396
[11] Azyumardi Azra, Islam Substantif; Agar Umat Tidak Jadi Buih, (Bandung: Mizan, 2000), cet. Ke-1, h. 30
[12] Azyumardi Azra, Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad XVII dan XVIII, (Jakarta, Kencana, 2005)
[13] Abudin Nata, Op. cit., h. 397
[14] http://hmikofah-cabangciputat.blogspot.com   dikutip tgl 27 maret 2012
[15] Azyumardi Azra, Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad XVII dan XVIII, (Jakarta, Kencana, 2005)

[16] http:// www.ppim.or.id dikutip tanggal 13 Februari 2012

[18] http://www.kamusbesar.com dikutip tanggal 28 Maret 2012
[19] http:// www.ppim.or.id dikutip tanggal 13 Februari  2012
[20] Ibid.
[21] Namun ketika ditanya, apa saja lembaga binaan Bapak !, maka dengan ke-tawadhu-annya,  ia menjawab hanya di sini saja. (maksudnya di Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta): wawancara penulis dengan Azyumardi Azra di Sekolah Pascasarjana, tanggal  21 Februari 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar